Rabu, 27 Januari 2010

Sejarah Perkembangan Pesantren

Sejarah Perkembangan Pesantren
Ada dua versi pendapat mengenai asal usul dan latar belakang berdirinya pesantren di Indonesia
Pertama, pendapat yang menyebutkan bahwa pesantren berakar pada tradisi Islam sendiri, yaitu tarekat. Pesantren mempunyai kaitan yang erat dengan tempat pendidikan yang khas bagi kaum sufi. Pendapat ini berdasarkan fakta bahwa penyiaran Islam di Inonesia pada awalnya lebih banyak dikenal dalam bentuk kegiatan tarekat. Hal ini ditandai oleh terbentuknya kelompok organisasi tarekat yang melaksanakan amalan-amalan zikir dan wirid tertentu. Pemimpin tarekat yang disebut Kiai itu mewajibkan pengikutnya untuk melaksanakan suluk, selama empat puluh hari dalam satu tahun dengan cara tinggal bersama, sesama angota
tarekat dalam sebuah masjid untuk melaksanakan ibadah-ibadah dibawah bimbingan Kiai. Untuk keperluan suluk ini para Kiai menyediakan ruangan khusus untuk penginapan dan tempat-tempat khusus yang terdapat di kiri kanan masjid. Disamping mengajarkan amalan-amalan tarekat, para pengikut itu juga diajarkan agama dalam berbagai cabang ilmu pengetahuaan agama Islam. Aktifitas yang dilakukan oleh pengikut-pengikut tarekat ini kemudian dinamakan pengajian. Dalam perkembangan selanjutnya lembaga pengajian ini tumbuh dan berkembang menjadi lembaga Pesantren .
Pendapat yang kedua adalah, pesantren yang kita kenal sekarang ini pada mulanya merupakan pengambil alihan dari sistem pesantren yang diadakan oleh orang-orang Hindu di Nusantara. Kesimpulan ini berdasarkan fakta bahwa jauh sebelum datangnya Islam ke Indonesia lembaga pesantren sudah ada di negri ini. Pendirian pesantren pada masa itu dimaksudkan sebagai tempat mengajarkan agama Hindu dan tempat membina kader. Anggapan lain mempercayai bahwa pesantren bukan berasal dari tradisi Islam alasannya adalah tidak ditemukannya lembaga pesantren di negara-negara Islam lainnya, sementara lembaga yang serupa dengan pesantern banyak ditemukan dalam masyarakat Hindu dan Budha, seperti di India, Myanmar dan Thailand.
Pesantren di Indonesia baru diketahui keberadaan dan perkembangannya setelah abad ke 16. Pesantren-pesantren besar yang mengajarkan berbagai kitab Islam klasik dalam bidang fikih, teologi dan tasawuf. Pesantren ini kemudan menjadi pusat pusat penyiaran Islam seperti; Syamsu Huda di Jembrana (Bali) Tebu Ireng di Jombang, Al Kariyah di Banten, Tengku Haji Hasan di Aceh, Tanjung Singgayang di Medan, Nahdatul Watan di Lombok, Asadiyah di Wajo (Sulawesi) dan Syekh Muhamad Arsyad Al-Banjar di Matapawa (Kalimantan Selatan) dan banyak lainnya.
Walaupun tiap pesantren mempunyai ciri yang khas, namun ada 5 prinsip dasar pendidikannya, yang tetap sama yaitu;
1. Adanya hubungan yang akrab antara santri dan Kiai
2. Santri taat dan patuh kepada Kiainya, karena kebijaksanaan yang dimiliki oleh Kiai
3. Santri hidup secara mandiri dan sederhana
4. Adanya semangat gotong royong dalam suasana penuh persaudaraan
5. Para santri terlatih hidup berdisiplin dan tirakat
Penutup
Realitas kehidupan dewasa ini, terutama di kota kota besar telah menimbulkan keprihatinan kita bersama, ahlak dan moral bukan lagi merupakan hal utama, dekadensi telah merombak tata nilai pergaulan ditambah lagi dengan penggunaan obat terlarang yang saat ini konon sudah mulai merasuki anak-anak kita yang masih di Sekolah Dasar . Ada perasaan takut para orang tua untuk mengirim putra-putrinya untuk belajar di Jakarta, Jogyakarta, Bandung, Surabaya dan kota besar lainnya. Melalui seminar ini mudah-mudahan dapat ditarik manfaat dalam upaya kita untuk menghasilkan SDM yang mampu bersaing di era global. Mengakhiri uraian ini izinkan saya memprovokasi hadirin dengan menyitir kembali ucapan seorang profesor dari negara pulau Singapura, “……. tahun 2003 nanti mahasiswa Indonesia akan menjadi buruh dari mahasiswa Singapur yang saat ini sedang belajar …..:”. Kita tidak perl;u menanggapinya secara emosional, apalagi sampai mengeluarkan yel-yel ganyang Singapura. Lebih baik kita mempersiapkan anak didik dengan lebih serius agar mereka nanti mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lainnya
Demikian beberapa hal yang dapat kami sampaikan dan terima kasih pada para pakar dan semua pihak yang telah membantu terlaksananya acara ini. Wabillahi taufik walhidayah
wassalammualaikum Wr.Wb,

dikutip dari : Seminar Nasional
Universitas Model Pesantren Mungkinkah?
Kampus STMIK Bandung
Bandung, 12 Desember 1996
oleh :Dr. Suryadi Siregar DEA